Lili Marleen

Bisa dikatakan ini adalah lagu paling legendaris dan hampir disukai oleh seluruh orang pada masanya bahkan sudah banyak dibuat versinya dalam beberapa bahasa, kabarnya sampai 48 bahasa, kenapa bisa begitu?

Awal cerita bermula saat Hans Leip (1893-1983) seorang serdadu Jerman pada Perang Dunia I hendak berangkat ke medan perang Rusia pada tahun 1915, dia membuat sebuah puisi yang judulnya memakai nama dua orang wanita yaitu Lili (temannya yang anak seorang tukang sayur) dan Marleen, seorang perawat muda yang ia temui saat sedang berperang. Puisi ini kemudian diterbitkan bersama puisi-pusis lain karyanya pada tahun 1937. Seorang komposer bernama Norbert Schultze tertarik untuk membuat lagu dari puisi itu. Maka jadilah sebuah lagu berjudul "Lili Marleen".

Lagu ini kemudian direkam dan dinyanyikan oleh Lale Andersen tepat sebelum Perang Dunia II (1939-1945) berlangsung. Lagu ini cuma laku 700 keping kopi pada penjualannya. Lagu ini merupakan salah satu lagu yang digunakan untuk menyemangati tentara Jerman saat PD II, namun Joseph Goebbels (Menteri Propaganda Jerman saat PD II) tidak menyukai lagu ini, karena dianggap kurang bersemangat dan kurang patriotik, dia menginginkan sebuah lagu mars perjuangan. Akhirnya lagu in kurang begitu populer.

Ketika Jerman menginvasi Yugoslavia dan berhasil mendudukinya, mereka mendirikan sebuah stasiun radio untuk menyebarluaskan berita, terutama kepada tentaranya yang berada di sekitar Laut Tengah (termasuk salah satunya adalah Deutsche Afrika Korps). Tetapi saat itu Leutnant Karl-Heinz Reintgen, selaku kepala stasiun radio di Beograd, Yugoslavia kekurangan bahan-bahan siaran, jadi dia memerintahkan anak buahnya pergi ke Wina, Austria (wilayah Jerman yang paling dekat dengan Beograd) untuk mengambil "apapun yang bisa jadi bahan siaran". Dari Wina anak buahnya itu membawa banyak piringan hitam, salah satunya adalah si Lili Marleen. Kemudian disiarkanlah lagu-lagu tersebut ke seluruh penjuru Laut Tengah.

Salah satu medan perang yang dilakoni oleh tentara Jerman pada PD II adalah di gurun-gurun Afrika Utara, yaitu Deutsche Afrika Korps (DAK) yang sangat tersohor namanya dengan komandannya yang namanya bahkan jauh lebih terkenal daripada DAK sendiri, dianggap sebagai Jenderal terhebat yang pernah Jerman punyai yaitu Generaal FeldMarschaal Erwin Rommel dimana bersama Italia mereka berperang melawan Inggris dan negara-negara Commonwealth-nya (Australia, New Zealand, India, dan Afrika Selatan). Di kamp-kamp di tengah gurun atau di balik tank mereka, di mana mereka beristirahat atau berjaga-jaga inilah mereka mendengarkan siaran radio Jerman di Beograd itu, hampir semua lagu-lagu yang disiarkan tidak begitu menarik perhatian mereka kecuali Lili Marleen, dikarenakan oleh iramanya yang lembut, menenangkan dan sedikit menggoda ditambah dengan suara Lale Andersen yang cocok sekali untuk menyanyikan lagu tsb.

Ternyata bukan hanya tentara Jerman yang menjadi fans Lili Marleen, tetapi juga tentara Italia, bahkan serdadu Inggris sekalipun. Jadi ternyata pihak Inggris pun dapat menerima siaran radio Jerman dari Beograd. Bahkan saat lagu ini diputar banyak tentara yang meminta untuk dikeraskan volume radionya, "Louder please, louder" teriak mereka pada tentara yang bertugas mengoperasikan radio. Saking mengidolakan Lili Marleen, sampai-sampai mereka tidak tertarik pada siaran radio perang dari Inggris, bahkan mereka sampai berkata "Can BBC make a broadcast that as half-good as this Nazis can did?". BBC pun menerima banyak kritikan karena dianggap tidak mampu "berperang" melawan pihak propaganda Jerman yang "meluncurkan" senjata ampuhnya yaitu "Lili Marleen". Lalu pihak BBC dan pihak pimpinan Tentara Inggris berkesimpulan untuk membuat sesuatu yang mampu meladeni Lili Marleen. Mereka mendiskusikan untuk apakah membuat sesuatu yang baru atau hanya mengganti liriknya saja. Entah tidak mampu atau memang sudah tidak keburu waktu mereka akhirnya memutuskan untuk mengganti lirik Lili Marleen, jadi kini Lili Marleen pun menjadi seorang wanita Inggris bernama Lily Marlene. Lagu versi Inggris ini dinyanyikan oleh penyanyi Inggris bernama Anne Shelton. Ya di tengah dentuman meriam dan rentetan peluru tentara Inggris dan Jerman masih bisa berbagi keceriaan bersama saat mereka mendengarkan Lili Marleen walaupun mereka saat itu saling berhadapan. Tapi medan perang gurun Afrika Utara bukanlah akhir dari "karir" Lili Marleen, kiprah Lili Marleen terus menanjak di medan perang lainnya setelah Afrika Utara, bahkan pada saat perang lagu ini dikenal di seluruh Eropa serta Amerika Utara (AS dan Kanada) bahkan jadi "hits".

Salah satu momen paling indah yang berhubungan dengan lagu ini adalah saat Jerman kalah oleh Inggris dan Amerika di Tunisia, sekaligus mengakhiri peperangan di Afrika Utara, yaitu ketika tentara anggota Deutsche Afrika Korps tertawan dan berbaris menuju kamp tawanan, di jalan mereka berpapasan dengan serdadu Inggris dari Tentara Kedelapan Inggris (British Eight Army) yang akan menuju Tunis. Saat itu tentara Jerman berjalan sambil menyanyikan lagu favorit mereka. Suara mereka bersahut-sahutan dengan tentara Inggris yang juga menyanyikan lagu favorit mereka pula. Walaupun lirik dan kata-katanya berbeda tapi yang mereka nyayikan adalah lagu yang sama

Vor der Kaserne, Vor dem großen Tor, Stand eine Laterne, Und steht sie noch davor ....
Underneath the lantern, By the barrack gate, Darling I remember, The way you used to wait ...

Referensi

0 comments:

Post a Comment